Tari
gandrung merupakan jenis seni tari yang berkembang di wilayah Banyuwangi dan
menjadi kebanggaan masyarakat, terutama di masyarakat “Osing” sehingga lebih di
kenal dengan sebutan gandrung Banyuwangi. Tari gandrung ini, keberdaannya
terkait langsung dengan dua jenis seni pertunjukan yang disakralkan oleh
sebagian masyarakat Osing di Banyuwangi, yakni “Sang Hyang” dan tari “Seblang”
keduanya merupakan jenis tari yang disakralkan sehingga keterkaitannya dengan
kegiatan upacara magis yang selalu di peringati setiap tahun oleh masyarakat
pendukungnya, yaitu masyarakat “Osing”
Kata "Gandrung" diartikan sebagai terpesonanya masyarakat Blambangan yang agraris kepada Dewi Sri sebagai Dewi Padi yang membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Tarian Gandrung Banyuwangi dibawakan sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat setiap habis panen. Kesenian ini masih satu genre dengan Ketuk Tilu di Jawa Barat,Tayub di Jawa Tengah dan Jawa Timur bagian barat, Lengger di wilayah Bayumas dan Joged Bumbung di Bali. Dengan melibatkan seorang penari wanita profesioanal yang menari bersama-sama tamu (terutama pria) dengan iringanmusik(gamelan).
NILAI DAN FILOSOFI TARI GANDRUNG
1. Manusia dan Keindahan
Keindahan yang dimaksud adalah keindahan dari gerakan
tari Gandrung itu sendiri. Selain itu ada juga keindahan pada nyanyian dan alat
music pengiring tari Gandrung yang kesemuanya itu menimbulkan suara yang
khas.Begitu juga dalam hidup ini ketika kita bisa berjalan seirama dalam
memanfaatkan potensi diri maka akan menimbulkan kekuatan yang luarbiasa.
2. Manusia Dan Tanggung Jawab
Unsur tanggung jawab yang ada pada tari Gandrung
ini adalah kita sebagai generasi muda harus melestarikan Tari Gandrung tersebut
agar supaya warisan budaya ini tidak hanya tinggal nama saja,karena banyak anak
muda zaman sekarang yang tidak mau mempelajari tari tersebut sehingga tidak
terjadi regenerasi dan ditakutkan lambat laun menyebabkan tari Gandrung akan
hilang ditelan jaman.
3. Pandangan hidup
Dalam tari gandrung tersebut pandangan hidup yang di
ambil dari hidup ini begitu banyak persoalan yang dihadapi oleh sang penari
Gandrung,mulai dari pria yang tidak bermoral yang melakukan pelecehan
seksual terhadap sang penari ketika dipanggung sampai,kehidupan rumah tangganya
yang jarang ter-ekspose.Selama ini kita hanya tahu senyumannya ketika
dipanggung tanpa mengetahui latar belakang sang penari.Oleh karena itu betapa
kompleksnya hidup ini serumit kehidupan penari gandrung.
4. Manusia dan Harapan
Harapan yang di harapkan dalam tari ini adalah
keinginan sang penari untuk bisa mempunyai kehidupan rumah tangga yang harmonis
dan ia ingin sekali untuk mempunyai anak walaupun belum tercapai.
Cerita ini diilhami dari beberapa versi munculnya tari gandrung sebagai
berikut:
Tahun 1977 Mesti (Orang yang mengawali menari gandrung
selain SEMI) Menikah saat dya berusia 18 tahun dan Suaminya berusia 20 tahun
yang bernama Cipto, pada saat itu mereka sama – sama masih muda dan Ibunya
Cipto tidak setuju dengan Profesi Mesti seorang penari gandrung akhirnya
merekapun bercerai, selang beberapa tahun Mesti pun menikah dengan seorang
laki-laki yang bernama Ridwan. Tetapi dalam pernikahannya mesti tidak bahagia
karena Ridwan selalu bermain Perempuan mesti pun tidak tahan dengan perlakuan
Ridwan, mesti pun sakit hati dan lagi-lagi dia.bercerai.
Mesti menikah beberapa kali tetapi dia tidak mempunyai
anak, dia selalu berharap kelak mendapatkan jodoh yang baik dan bertanggung
jawab Mesti juga berharap mempunyai anak yang berbakti,soleh dan berpendidikan
tinggi dya tidak ingin anaknya menjadi penari Gandrung seperti dia.
1. Bagian Tubuh
Busana untuk tubuh terdiri dari baju
yang terbuat dari beludru berwarna hitam, dihias dengan ornamen kuning emas,
serta manik-manik yang mengkilat dan berbentuk leher botol yang melilit leher
hingga dada, sedang bagian pundak dan separuh punggung dibiarkan terbuka. Di
bagian leher tersebut dipasang ilat-ilatan yang menutup tengah dada dan sebagai
penghias bagian atas. Pada bagian lengan dihias masing-masing dengan satu buah
kelat bahu dan bagian pinggang dihias dengan ikat pinggang dan sembong serta
diberi hiasan kain berwarna-warni sebagai pemanisnya. Selendang selalu
dikenakan di bahu.
2. Bagian Kepala
Kepala dipasangi hiasan serupa
mahkota yang disebut omprok yang terbuat dari kulit kerbau yang
disamak dan diberi ornamen berwarna emas dan merah serta diberi ornamen
tokoh Antasena,
putra Bima]
yang berkepala manusia raksasa namun berbadan ular serta menutupi seluruh
rambut penari gandrung. Pada masa lampau ornamen Antasena ini
tidak melekat pada mahkota melainkan setengah terlepas seperti sayap burung.
Sejak setelah tahun 1960-an, ornamen ekor Antasena ini kemudian dilekatkan pada
omprok hingga menjadi yang sekarang ini.Selanjutnya pada mahkota tersebut
diberi ornamen berwarna perak yang berfungsi membuat wajah sang penari seolah
bulat telur, serta ada tambahan ornamen bunga yang disebutcundhuk mentul di
atasnya. Sering kali, bagian omprok ini dipasang hio yang pada
gilirannya memberi kesan magis.
3. Bagian Bawah
Penari gandrung menggunakan kain
batik dengan corak bermacam-macam. Namun corak batik yang paling banyak dipakai
serta menjadi ciri khusus adalah batik dengan corakgajah oling, corak
tumbuh-tumbuhan dengan belalai gajah pada dasar kain putih yang menjadi ciri
khas Banyuwangi. Sebelum tahun 1930-an, penari gandrung tidak memakai kaus
kaki, namun semenjak dekade tersebut penari gandrung selalu memakai kaus kaki
putih dalam setiap pertunjukannya.
4. Lain - Lain
Pada masa lampau, penari gandrung
biasanya membawa dua buah kipas untuk pertunjukannya. Namun kini penari
gandrung hanya membawa satu buah kipas dan hanya untuk bagian-bagian tertentu
dalam pertunjukannya, khususnya dalam bagian seblang subuh.
MUSIK PENGIRING
Musik pengiring untuk gandrung
Banyuwangi terdiri dari satu buah kempul ataugong, satu buah kluncing (triangle),
satu atau dua buah biola, dua buah kendhang,
dan sepasang kethuk. Di samping itu,
pertunjukan tidak lengkap jika tidak diiringi panjak atau
kadang-kadang disebut pengudang (pemberi semangat) yang
bertugas memberi semangat dan memberi efek kocak dalam setiap pertunjukan
gandrung. Peran panjak dapat diambil oleh pemain
kluncing.Selain itu kadang-kadang diselingi dengan saron Bali, angklung,
atau rebana sebagai
bentuk kreasi dan diiringielectone.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar