PEMBENTUKAN LEBIH LANJUT
Yang
dimaksud dengan pembentukan lebih lanjut ialah pembentukan kata turunan melalui
proses morfologi bahsa Indonesia dengan kata-kata serapan sebagai bentuk
dasarnya. Pembicaraan mengenai lebih lanjut sebenarnya sudah dimulai ketika
dibicarakan konfiks peng-an dan ke-an dengan unsur serapan sebagai kata
dasarnya.
Kata-kata
yang diawali oleh konsonan hambatan tak bersuara /p/,/t/,/k/, dan geseran
apiko-alveolar /s/ jika mendapat awalan meng- atau peng- fonem tersebut hilang
atau luluh, contohnya: pukul menjadi memukul dan pemukul, tolong menjadi
menolong dan penolong, karang menjdai mengarang dan pengarang, susun menjadi
menyusun dan penyusun.
Kata-kata
serapan diawali dengan konsonan hambatan bilabial tak bersuara /p/ contohnya:
paket, parker,potret, piket. Jika mendapat aawalan meng- dan peng- atau
peng-an, kata-kta tersebut menjadi memaketkan, memarkir, memotret, dan
memiketi; paketan, pemarkiran, pemotretan, pemiketan. Jadi kata-kata serapan
tersebut diperlakukan sam dengan kata-kata dalam bahasa Indonesia yang lain.
Kata-kata
serapan yang diawali dengan konsonan hambatan apiko dental tak bersuara /t/
contohnya: target, teror, terjemah, telpon. Apabila dibentuk dengan awalan
meng- menjadi menargetkan atau mentargetkan; meneror atau menteror,
menerjemahkan dan menelpon. Jika dibentuk
dengan peng-an menjadi; penargetan atau pentargetan,
peneroran atau penteroran, penerjemah, dan penelponan. Bentukan menargetkan dan
penargetan, meneror dan peneroroan agaknya masih belum berterima. Kata 'tekel'
(dari tackle) tidak berterima jika dibentuk menjadi menekel dan penekelan, yang
berterima ialah men-tekel dan pen-tekel-an.
Agar
dapat dibentuk sesuai dengan kaidah morfofonemik yang berlaku, kata asing yang
kemudian menjadi kata dasar harus dikenal dengan baik. Oleh karenan itu, untuk
kata-kata yang belum dikenal, bukan saja konsonan awalnya tidak mengalami
peluluhan, melainkan juga diberi tanda hubung untuk mempertegas batasa antara
kata dasar dengan unsur-unsur pembentukannya, seperti contoh diatas yaitu
men-tekel dan pen-tekel-an.
Konsonan
geseran labio-dental tak bersuara /f/ dulu disesuaikan dengan sistem fonnologi
bahasa Indonesia menjadi /p/. Yang sudah disesuaikan menjadi /p/ mengalami
penghilangan atau luluh, yaitu /m/, sedang apabila tetap /f/ mendapat sengauan
yang homogen. Contohnya: pikir menjadi memikirkan dan pikiran; fitnah
menjadi memfitnah dan pemfitnahan.
Beberapa kata dari konsonan hambatan dorso-velar tak
bersuara /k/ akan luluh apabila mendapat awalan meng atau konfiks peng-an.
Contoh : kontak menjadi mengontak
dan pengontakan, dan konsep menjadi
mengonsep dan pengonsepan.
Contoh :
o
Kembali menjadi mengembalikan dan pengembalian
Contoh kalimat : Saya sudah mengembalikan buku ke perpustakaan.
o
Kabar menjadi mengabarkan dan pengabaran
Contoh kalimat : Reporter Net mengabarkan dari Palestina.
Kata-kata serapan yang diawali
dengan fonem geseran apiko-dental tak bersuara /s/ ada yang mengalami peluluhan
ada yang tidak. Contoh : setor akan menjadi menyetor dan penyetoran,
dan sample menjadi menyampel dan penyampelan. Kata-kata yang masih terasa asing mendapat perlakuan
yang berbeda, contohnya pada kata “sinkrun” dan “sistematis”, jika mendapat
awalan meng- dan peng-an menjadi mensinkrunkan
dan pensinkrunan, mensistematiskan dan pensistematisan.
Contoh :
o
Sikat menjadi menyikat dan penyikatan
Contoh kalimat : Suketi mentikat kamar mandi
o
Simpan menjadi menyimpan dan penyimpanan
Contoh kalimat : Saya menyimpan uang di Bank.
Kata dasar serapan yang diawali oleh gugus konsonan
/pr/ jika mendapat awalan meng- /p/ tidak luluh, tetapi jika mendapat konfiks
peng-an /p/-nya luluh. Contoh : protes menjadi
memprotes (tidak luluh) dan pemrotesan (luluh), program menjadi memprogram (tidak
luluh) dan pemrograman (luluh).
Contoh :
o Praktek menjadi mempraktekan
dan pemraktekan
Contoh kalimat
: Dia mempraktekan bagaimana cara mematikkan komputer.
o Produser menjadi memproduseri
dan pemroduseran
Contoh kalimat
: Saya memproduseri film yang berjudul “Genderuwo Gondrong”
· Kata serapan yang diawali dengan gugus /kr/
konsonannya tidak hilang bila mendapat awalan meng- contoh : kristal menjadi mengkristal,
kritik menjadi mengkritik , tetapi apabila mendapat awalan peng- maka /k/ itu
lebur, Contoh : kristal menjadi pengristalan, dan kritik menjadi pengritik.
Contoh :
o Kredit menjadi mengkredit
dan pegreditan
Contoh kalimat
: Orang yang hendak mengkredit motor harus menyiapkan persyaratan.
o Kreasi menjadi mengkreasikan
dan pengreasian
Contoh kalimat
: Pengrajin kue itu mengreasikan Rainbow
Cake
Kata-kata serapan yang diawali dengan gugus konsonan
/tr/, /st/, /sk/, /sp/, /pl/, /kl/, konsonan yang awalnya tidak pernah
mengalami peleburan, baik dalam pembentukan dengan awalan meng-, peng, maupun
konfiks peng-an.
Contoh :
o Tradisi menjadi mentradisikan
dan pentradisian
Contoh kalimat
: Indonesia akan mentadisikan batik
o Steril menjadi mensterilkan
dan pensterilan
Contoh kalimat
: Polisi mensterilkan jalan.
Kata-kata serapan yang diawali oleh gugus konsonan
yang terjadi atas tiga fonem dan fonem yang pertama berupa hambatan atau geseran
tak bersuara, sudah tentu konsonan pertamanya tidak pernah lebur apabila
mendapat awalan meng- atau peng-. Kata-kata serapan itu dapat mengalami proses
pengulangan. Contoh : traktor-traktor,
komputer-komputer. Kata –kata serapan tidak dapat mengalami perulangan
sebagian yang berupa dwipurna atau dwiwasana. Pada pengulangan dengan awalan
konsonan awal pada suku ulangannya juga tidak luluh. Contoh : mempraktis-praktisan, mengkritik-kritik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar