Kamis, 23 Oktober 2014

Pembentukan Kata

PEMBENTUKAN LEBIH LANJUT

            Yang dimaksud dengan pembentukan lebih lanjut ialah pembentukan kata turunan melalui proses morfologi bahsa Indonesia dengan kata-kata serapan sebagai bentuk dasarnya. Pembicaraan mengenai lebih lanjut sebenarnya sudah dimulai ketika dibicarakan konfiks peng-an dan ke-an dengan unsur serapan sebagai kata dasarnya.

            Kata-kata yang diawali oleh konsonan hambatan tak bersuara /p/,/t/,/k/, dan geseran apiko-alveolar /s/ jika mendapat awalan meng- atau peng- fonem tersebut hilang atau luluh, contohnya: pukul menjadi memukul dan pemukul, tolong menjadi menolong dan penolong, karang menjdai mengarang dan pengarang, susun menjadi menyusun dan penyusun.

            Kata-kata serapan diawali dengan konsonan hambatan bilabial tak bersuara /p/ contohnya: paket, parker,potret, piket. Jika mendapat aawalan meng- dan peng- atau peng-an, kata-kta tersebut menjadi memaketkan, memarkir, memotret, dan memiketi; paketan, pemarkiran, pemotretan, pemiketan. Jadi kata-kata serapan tersebut diperlakukan sam dengan kata-kata dalam bahasa Indonesia yang lain.

            Kata-kata serapan yang diawali dengan konsonan hambatan apiko dental tak bersuara /t/ contohnya: target, teror, terjemah, telpon. Apabila dibentuk dengan awalan meng- menjadi menargetkan atau mentargetkan; meneror atau menteror, menerjemahkan dan menelpon. Jika dibentuk
dengan peng-an menjadi; penargetan atau pentargetan, peneroran atau penteroran, penerjemah, dan penelponan. Bentukan menargetkan dan penargetan, meneror dan peneroroan agaknya masih belum berterima. Kata 'tekel' (dari tackle) tidak berterima jika dibentuk menjadi menekel dan penekelan, yang berterima ialah men-tekel dan pen-tekel-an.
     
            Agar dapat dibentuk sesuai dengan kaidah morfofonemik yang berlaku, kata asing yang kemudian menjadi kata dasar harus dikenal dengan baik. Oleh karenan itu, untuk kata-kata yang belum dikenal, bukan saja konsonan awalnya tidak mengalami peluluhan, melainkan juga diberi tanda hubung untuk mempertegas batasa antara kata dasar dengan unsur-unsur pembentukannya, seperti contoh diatas yaitu men-tekel dan pen-tekel-an.

            Konsonan geseran labio-dental tak bersuara /f/ dulu disesuaikan dengan sistem fonnologi bahasa Indonesia menjadi /p/. Yang sudah disesuaikan menjadi /p/ mengalami penghilangan atau luluh, yaitu /m/, sedang apabila tetap /f/ mendapat sengauan yang homogen. Contohnya: pikir menjadi memikirkan dan  pikiran; fitnah menjadi memfitnah dan pemfitnahan.

Beberapa kata dari konsonan hambatan dorso-velar tak bersuara /k/ akan luluh apabila mendapat awalan meng atau konfiks peng-an. Contoh : kontak  menjadi mengontak  dan pengontakan, dan konsep menjadi mengonsep dan pengonsepan.
Contoh :
o    Kembali menjadi mengembalikan dan pengembalian
Contoh kalimat : Saya sudah mengembalikan buku ke perpustakaan.

o    Kabar menjadi mengabarkan dan pengabaran
Contoh kalimat : Reporter Net mengabarkan dari Palestina.

Kata-kata serapan yang diawali dengan fonem geseran apiko-dental tak bersuara /s/ ada yang mengalami peluluhan ada yang tidak. Contoh : setor  akan menjadi menyetor dan penyetoran, dan sample menjadi menyampel dan penyampelan. Kata-kata yang masih terasa asing mendapat perlakuan yang berbeda, contohnya pada kata “sinkrun” dan “sistematis”, jika mendapat awalan meng- dan peng-an menjadi mensinkrunkan dan pensinkrunan, mensistematiskan dan pensistematisan.
Contoh :
o    Sikat menjadi menyikat dan penyikatan
Contoh kalimat : Suketi mentikat kamar mandi

o    Simpan menjadi menyimpan dan penyimpanan
Contoh kalimat : Saya menyimpan uang di Bank.

Kata dasar serapan yang diawali oleh gugus konsonan /pr/ jika mendapat awalan meng- /p/ tidak luluh, tetapi jika mendapat konfiks peng-an /p/-nya luluh. Contoh : protes menjadi memprotes (tidak luluh) dan pemrotesan (luluh), program menjadi memprogram (tidak luluh) dan pemrograman (luluh).
Contoh :
o    Praktek menjadi mempraktekan dan pemraktekan
Contoh kalimat : Dia mempraktekan bagaimana cara mematikkan komputer. 
o    Produser menjadi memproduseri dan pemroduseran
Contoh kalimat : Saya memproduseri film yang berjudul “Genderuwo Gondrong”

·     Kata serapan yang diawali dengan gugus /kr/ konsonannya tidak hilang bila mendapat awalan meng- contoh : kristal  menjadi mengkristal, kritik  menjadi mengkritik , tetapi apabila mendapat awalan peng- maka /k/ itu lebur, Contoh : kristal menjadi pengristalan, dan kritik menjadi pengritik.
Contoh :
o    Kredit menjadi mengkredit dan pegreditan
Contoh kalimat : Orang yang hendak mengkredit motor harus menyiapkan persyaratan.

o    Kreasi menjadi mengkreasikan dan pengreasian
Contoh kalimat : Pengrajin kue itu mengreasikan Rainbow Cake

Kata-kata serapan yang diawali dengan gugus konsonan /tr/, /st/, /sk/, /sp/, /pl/, /kl/, konsonan yang awalnya tidak pernah mengalami peleburan, baik dalam pembentukan dengan awalan meng-, peng, maupun konfiks peng-an.
Contoh :
o    Tradisi menjadi mentradisikan dan pentradisian
Contoh kalimat : Indonesia akan mentadisikan batik 
o    Steril menjadi mensterilkan dan pensterilan
Contoh kalimat : Polisi mensterilkan jalan.
Kata-kata serapan yang diawali oleh gugus konsonan yang terjadi atas tiga fonem dan fonem yang pertama berupa hambatan atau geseran tak bersuara, sudah tentu konsonan pertamanya tidak pernah lebur apabila mendapat awalan meng- atau peng-. Kata-kata serapan itu dapat mengalami proses pengulangan. Contoh : traktor-traktor, komputer-komputer. Kata –kata serapan tidak dapat mengalami perulangan sebagian yang berupa dwipurna atau dwiwasana. Pada pengulangan dengan awalan konsonan awal pada suku ulangannya juga tidak luluh. Contoh : mempraktis-praktisan, mengkritik-kritik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar